Lewati navigasi

Monthly Archives: Desember 2008

Perempuan itu telah lama menghilang, tak pernah terlihat lagi oleh lelaki itu, akhirnya memunculkan parasnya, wujudnya, keelokannya, di depan mata lelaki itu dan lelaki itupun sangat kagum oleh sinar kecantikan dan keanggunannya dalam balutan baju bernuansa putih.

Perempuan itu memang terlalu misterius bagi lelaki itu dan lelaki itu hanya bisa berdecak kagum atas apa yang dia rasakan saat itu, ketika hatinya terasa tersentuh kembali atas keindahan perempuan itu dan satu hal yang membuat lelaki itu merasa takjub adalah sebuah kesempatan untuk bisa bertemu dan melihat sosok perempuan itu yang sudah lama tak bisa terlihat oleh lelaki itu.

Sebuah perbincangan yang telah lama dirindukan dan semuanya mengalir dengan apa adanya, tertawa lepas, menemani dan menembus malam yang begitu dingin. Sebuah waktu yang begitu lama tak pernah tercipta kembali sampai saat itu.

Dan akhirnya perlahan-lahan perempuan itu mulai meredupkan sinarnya dan berjalan menjauh dari tempat itu, kembali melangkah ke tempat yang perempuan itu diami selama ini, sebuah tempat yang begitu misterius bagi lelaki itu, yang tak pernah bisa tertembus oleh waktu dan ruang, dan lelaki itu pun melepas kepergian perempuan itu, dengan kebahagiaan dan penuh ucapan syukur atas pertemuan itu.

 

dan lelaki itu tersenyum tanpa berharap akan kehadiran perempuan itu kembali…

presiden guyonan

presiden guyonan

 

Judul : Presiden Guyonan

Penulis : Butet Kartaredjasa

Penerbit : Kitab Sarimin, Yogyakarta

285 Halaman, Cetakan Pertama, November 2008

 

Sebuah buku yang mengangkat berbagai kritisi sosial, celotehan ataupun sindiran khas ala Butet Kartaredjasa yang ditulis dengan sangat “njawani” dan lucu banget. Dengan tokoh Mas Celathu yang suka celetak celetuk sana sini, Mas Celathu membidik masalah-masalah budaya, politik, ekonomi, penguasa dan masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitar kita yang disajikan ke dalam 54 kolom yang diawali dengan kolom “Namanya Mas Celathu” hingga “Pasal Lalai”. Banyak hal yang bisa kita ambil dari berbagai sindiran dan celetukan Mas Celathu ini seperti toleransi, kepedulian sosial, kerendahhatian, dan kehidupan yang tanpa kekerasan. Buku ini disajikan secara apik dibumbui oleh ilustrasi-ilustrasi karya kartunis senior Dwi Koen yang makin menambah nilai kelucuan buku ini dan tanpa sadar memaksa kita untuk berjumpa dengan idiom-idiom ataupun kata-kata yang “njawani” banget dan enak banget dalam penempatannya, tetapi jangan takut apalagi sampai jengkel bagi mereka yang masih awam dan tidak paham dengan istilah-istilah jawa karena sebuah kamus mini telah disiapkan dan dituliskan pada akhir halaman buku. Buku yang sangat menghibur, sarat kritik sosial, membuat kita lebih peka atas keadaan sekitar yang terjadi, dan pastinya membuat kita tersenyum-senyum sendiri ketika kita membacanya. Selamat ber-guyonan-ria dengan Mas Celathu!