Lewati navigasi

Category Archives: ulasan

presiden guyonan

presiden guyonan

 

Judul : Presiden Guyonan

Penulis : Butet Kartaredjasa

Penerbit : Kitab Sarimin, Yogyakarta

285 Halaman, Cetakan Pertama, November 2008

 

Sebuah buku yang mengangkat berbagai kritisi sosial, celotehan ataupun sindiran khas ala Butet Kartaredjasa yang ditulis dengan sangat “njawani” dan lucu banget. Dengan tokoh Mas Celathu yang suka celetak celetuk sana sini, Mas Celathu membidik masalah-masalah budaya, politik, ekonomi, penguasa dan masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitar kita yang disajikan ke dalam 54 kolom yang diawali dengan kolom “Namanya Mas Celathu” hingga “Pasal Lalai”. Banyak hal yang bisa kita ambil dari berbagai sindiran dan celetukan Mas Celathu ini seperti toleransi, kepedulian sosial, kerendahhatian, dan kehidupan yang tanpa kekerasan. Buku ini disajikan secara apik dibumbui oleh ilustrasi-ilustrasi karya kartunis senior Dwi Koen yang makin menambah nilai kelucuan buku ini dan tanpa sadar memaksa kita untuk berjumpa dengan idiom-idiom ataupun kata-kata yang “njawani” banget dan enak banget dalam penempatannya, tetapi jangan takut apalagi sampai jengkel bagi mereka yang masih awam dan tidak paham dengan istilah-istilah jawa karena sebuah kamus mini telah disiapkan dan dituliskan pada akhir halaman buku. Buku yang sangat menghibur, sarat kritik sosial, membuat kita lebih peka atas keadaan sekitar yang terjadi, dan pastinya membuat kita tersenyum-senyum sendiri ketika kita membacanya. Selamat ber-guyonan-ria dengan Mas Celathu!

 

Judul : Sicko

Format : DVD

Durasi : 123 menit

Sutradara : Michael Moore

Tahun : 2007

 

Film ini bukan tergolong film baru karena sudah dirilis pada tahun 2007 dan setelah tersimpan begitu lama di kamar, akhirnya saya bisa juga berkesempatan untuk menontonnya. Setelah film Fahrenheit 9/11-nya yang kontroversial, Michael Moore menulis, membuat dan memproduksi film berikutnya berjudul “Sicko” yang mengupas serta menceritakan tentang 250 juta orang Amerika yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan asuransi kesehatan bagi diri mereka sendiri ketika mereka mengalami penyakit-penyakit ataupun kecelakaan. Mereka menghadapi banyak masalah dan ganjalan ketika mereka ingin mengklaim asuransi kesehatan mereka karena mereka diserang oleh penyakit serius seperti kanker, tumor ataupun operasi penyambungan bagian tubuh. Film ini menyuguhkan sebuah pesan dan kritik yang luar biasa bagi Amerika ataupun negara-negara lain yang masih mempunyai masalah dengan jaminan kesehatan untuk warga negaranya. Berbagai sudut pandang dimunculkan di film ini mulai dari “korban-korban” penolakan asuransi kesehatan, dokter-dokter yang mempunyai perasaan bersalah atau “dosa” ketika hati nurani mereka berteriak tetapi mereka tidak berdaya harus mengikuti sistem yang diberlakukan oleh perusahaan asuransi. Konspirasi politik negara yang mengakibatkan permasalahan asuransi kesehatan ini pun dimunculkan oleh Moore, sebuah pengungkapan fakta yang begitu berani dan cerdas. Bahkan Moore pun dibuat terheran-heran ketika Moore mengunjungi beberapa negara lain seperti Canada, Inggris, Perancis ataupun Cuba yang notabene sebuah negara “menakutkan” tetapi negara-negara itu mempunyai jaminan kesehatan dan pengobatan gratis bagi warganya. Moore pun semakin bertanya-tanya, bagaimana bisa rumah sakit di negara-negara ini bisa memberikan fasilitas pengobatan, operasi gratis bagi warganya? darimana gaji dokter-dokter tersebut? bagaimana bisa dokter-dokter itu mempunyai rumah mewah dan mobil mewah di garasi mereka? Anda akan merasa terharu, tersentuh, bertanya-tanya dan tersenyum sendiri melihatnya karena keberhasilan Moore dalam menampilkan, mengupas dan “menelanjangi” fakta, sejarah dan kebenaran yang ada dalam film ini.

 

rectoverso

rectoverso

 

Format : Buku

Judul : Rectoverso

Pengarang : Dee / Dewi Lestari

Penerbit : Goodfaith Production

Tahun : 2008

 

 

Membaca buku ini kita seperti dibimbing perlahan-lahan masuk ke dalam berbagai imajinasi kisah cerita seorang Dewi Lestari. Bahasa, prosa dan kalimat-kalimat yang sederhana namun begitu cerdas membuat kita seolah terus menikmati detik demi detik, kejadian demi kejadian, kata demi kata yang membuat emosi kita terhanyut ke dalam 11 kisah yang disajikan oleh sang penulis. Buku ini diawali dengan kisah yang berjudul “curhat buat sahabat”, kemudian diikuti oleh cerita yang berjudul “malaikat juga tahu”, serta kisah “selamat ulang tahun” yang menjadi salah satu judul favorit saya, cerita yang begitu pendek tetapi sangat hebat cara penuturan dan penulisannya. Ada beberapa cerita-cerita yang menjadi favorit saya seperti “aku ada”, “cicak di dinding”, firasat” dan “peluk” yang bercerita tentang pergulatan batin antara sepasang kekasih, ketika sang wanita sudah berada pada titik dimana dia merasakan tidak ada lagi “aliran” cinta dalam hubungan mereka. Begitu menguras emosi dan imajinasi, ditambah lagi dengan gambar-gambar, foto dan visual yang diselipkan dalam kisah-kisah tersebut sehingga menjadi sebuah ramuan yang begitu hebat dan imajinatif. Rectoverso ini adalah sebuah karya yang unik dan pertama di Indonesia yang menggabungkan antara dunia penerbitan dan musik, antara cerita dan lagu, menurut Dee, “Rectoverso adalah pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan”.

Selamat membaca, menyelami dan rasakan keindahan Rectoverso…